Posts Subscribe to This BlogComments

Hubungi Kami

KMBM Cilegon

1 2 3 4 5

Bulletin

Bulletin. Kata itu tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Bila kita mendengar kata itu, yang terkilas di dalam otak kita adalah tulisan, opini, artikel, cerpen, essay, puisi, atau yang lainnya. Memang bulletin adalah suatu bentuk media cetak yang lebih kecil kapasitasnya dari koran atau majalah atau juga tabloid. Namun dalam segi fungsi tidak jauh berbeda dengan koran, majalah, dan tabloid.


Bulletin Juga Termasuk Pers
Bulletin tumbuh dan berkembang pesat setelah surat kabar (koran) muncul. Sekitar abad ke 19. Seperti halnya pers yang muncul pada Januari 1907 dengan nama surat kabarnya yaitu Medan Prijaji di Bandung oleh Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dan pada tanggal 1 Januari ditetapkan menjadi hari jadi pers di Indonesia. Oleh karena itu pula pada tahun 1973 Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dikukuhkan oleh Pemerintah sebagai Bapak Pers Nasional, dan tahun 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempurnakan gelar itu menjadi pahlawan nasional.

Namun banyak sejarawan mengatakan sebelum Medan Prijaji terbit telah banyak surat kabar yang lain seperti Soerat Kabar Bahasa Melaijoe (Surabaya, 1856), Soerat Chabar Betawi (Betawi, 1858), Selompret Malajoe [belakangan bernama Slompret Melayoe] (Semarang, 1860), Pertela Soedagaran (Surabaya, 1863), Bintang Timor (Padang, 1865), Bintang Djohar (Betawi, 1873), Mata Hari (Makassar, 1883), Pelita Ketjil (Padang, 1886), Insulinde (Padang, 1901) ... bahkan juga Bintang Utara (Rotterdam, 1856) dan Bintang Hindia (Amsterdam, 1903) adalah sedikit contoh dari puluhan surat kabar pribumi berbahasa Melayu. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah surat kabar yang terbit sebelum Medan Prijaji tidak disebut surat kabar? Sebenarnya kita tidak perlu memusingusingkan dan memikirkan hal sepele seperti itu, karena itu urusan sejarawan untuk meneliti kapan tumbuhnya pers dan hari jadi pers di Indonesia.
Perkembangan bulletin pada saat sekarang ini bisa di bilang sangat maju dibandingkan pada tahun-tahun belakang. Mungkin kita pertama kali kenal istilah bulletin hanya sebuah selebaran seperti brosur yang kita baca dan lihat pada hari jumat di masjid-masjid. Namun, sekarang-sekarang ini bulletin justru menyebar luas dikalangan SLTP, SLTA, Kampus, dan komunitas yang turut mengeluarkan (menerbitkan) sebagai ungkapan atau media untuk bertukar informasi dan lain sebagainya.

Menurut sebagian orang, bulletin adalah suatu alat untuk melampiaskan kekecewaan, karena telah bosan mengirimkan ke media (koran, majalah) dan tidak dimuat. Dalam hal lain bulletin bisa dikatakan sebagai jalur singkat untuk menumbuhkan kreatifitas menulis. Meski saat sekarang ini harus bersaingan ketat dengan media on-line atau blog. Tetapi, blog tentunya di konsumsi hanya untuk kaum yang mempunyai hobi mengacak-acak dan aktif di internet. Sedangkan bulletin tidak sesulit blog, ia memiliki keistimewaan bisa di konsumsi siapa saja tanpa terkecuali asalkan bisa baca dan mau membaca.
Jika seperti itu bulletin adalah bagian dari pers. Fungsi dan tujuannya sama yaitu sebagai media informasi, dan juga bisa dibaca kapan saja dan dimana saja. Namun, jika dibandingkan dengan koran harian justru lebih sulit cara penulisannya, karna isinya tidak cepat basi dan bisa dikatakan ringan untuk di cerna (di pahami).

Faktor-Faktor Membuat Terbitnya Bulletin
Faktor penyebab terbitnya bulletin baik dari kalangan komunitas atau organisasi yaitu, sebagai media untuk memberikan informasi kepada massa/khalayak. Pada zaman dahulu seseorang menyebarkan informasi hanya melalui metode mulut ke mulut, dari orang yang satu memberi tahukan ke pada yang lain, dalam metode ini sangat rawan sekali kesimpang siuran kabar karena bisa ditambah dan terkadang dikurangi. Jadi, bila penerima terakhir, kabar tersebut telah memiliki makna dan tujuan lain (embel-embel). Atau lebih dahsyat lagi, pada zaman kerajaan dahulu, mereka menginformasikan sesuatu menggunakan metode teriak keliling kampung dan pada masa itu pula belum ada sound system atau speaker, mereka harus habis-habisan mengeluarkan suaranya, dan sepertinya dia adalah orang pilihan yang suaranya paling lantang supaya bisa terdengar oleh seluruh warga sekitar.
Kecewa karena tulisannya selalu tidak dimuat di koran atau majalah, membuatnya memilih jalan untuk membuat media sendiri, itu juga salah satu faktor terbitnya bulletin. Seperti halnya bila kita menunggu sesuatu yang tak jelas dan itu tentunya sangat membosankan. Contoh, pada suatu hari kita ingin sekali mengeritik pemerintahan, namun setelah dikirim ke media tidak juga dimuat, karena media yang kita kirimi tulisan mempertimbangkan berbagai hal, misalnya tulisan kita terlalu memojokkan salah satu pihak, atau gaya bahasanya kurang menyenangkan di konsumsi masyarakat dan masih banyak lagi yang membuat tim redaksi menghitung-hitungkan tulisan kita bila dimuat dan dibaca masyarakat.

Kepuasan juga menjadi salah satu diantara banyak faktor yang menyebabkan terbitnya bulletin. Bila kita membicarakan tentang kepuasan, sangat luas cakupannya. Karena manusia itu tidak pernah puas “Di atas langit masih ada langit” seperti itu yang dikatakan salah seorang guru. Jika mengutip bahasaagama, “Berusahalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidupselamanya dan berbuatlah untuk untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok pagi” sangat jelas sekali bahwa Allah juga menganjurkan kita untuk tidak cepat puas. Dalam salah satu hadis juga mengatakan “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negri Cina”. Tingkat kepuasan sangat mendarah daging dalam diri kita. Namun, kita juga memperhitungkan perkataan orang-orang tua dahulu, “Jangan terus memandang keatas, kita tidak akan pernah puas”, jadi intinya faktor terbitnya bulletin dari tingkat kepuasan sangatlah mungkin. Contoh, mereka ingin menuntaskan semua kepuasan, dan menjadikan bulletin sebagai alat untuk mengutarakan keluhan, kritik, saran, dan lain-lain. Di dalam surat kabar besar semua tulisan sangat ketat proses seleksi dari tim redaktur, jadi tulisan-tulisan yang ingin diterbitkan benar-benar tidak merugikan dari pihak manapun.

Faktor selanjutnya yaitu bisnis. Bisnis sangat berkaitan erat dengan uang tentunya. Jika bulletin sebagai lahan bisnis sangatlah mungkin karena bulletin dikonsumsi oleh masyarakat dan disana pula bulletin bisa dijual. Atau mereka mengambil sesi keuntungan dari pemasang iklan. Contoh pengalaman, saya pernah di minta nulis di salah satu jurnal, pada saat itu saya harus mengisi formulir, saya sedikit heran. Namun, di ujung bawah formulir itu ia menetapkan tarif, saya semakin heran. Setelah bertanya “Memang seperti itu Mas, jadi yang mau ngisi disini harus bayar. Untuk biaya pemuatan, dan ongkos percetakan,”. Bisa diambil kesimpulan mereka memerlukan dana untuk biaya mencetak, atau mereka ingin membisniskan jurnal tersebut.
Oleh karena itu bulletin sangat besar jasanya bagi kita, dari informasi, kepuasan, menetralisir kekecewaan, sampai dengan lahan bisnis. Jika demikian kita seharusnya banyak bersyukur, atas usaha keras Bapak Pers kita Raden Mas Tirto Adhi Soerjo yang telah membukakan jalan untuk Negara kita tercinta sebagai Negara yang bebas bermedia, meski dahulu sempat mengalami gangguan oleh rezim Orde Baru.

Bulletin juga mempunyai pengaruh yang kuat sebagai alat kiritik, saran, dan masukan diantara sesama. Meski bulletin tidak menyebar seluas koran nasional namun dapat menjadi alat koreksi, apakah tulisan kita sudah layak untuk dibaca orang banyak atau tulisan kita yang masih melanggar kode etik, disana pula kita dituntut untuk terus mengasah dan terus menulis sehingga tulisan kita benar-benar bagus dan tidak merugikan pihak manapun.(di tulis oleh Mulyadi Saputra di  http://ruangsunyi.multiply.com)

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

 

Sablon Kaos

Nuansa Beda - Karya Nyata